Friday, 31 May 2013

Konflik Agraria Bergulir, Korban Bergilir!

Konflik Agraria
Meningkatnya konflik agraria di Sumsel yang berujung pada terjadinya penangkapan aktifis lingkungan Walhi Sumsel, Anwar Sadat dan Dedek Chaniago sempat menggulirkan pertanyaan. Tensi yang membuncah antara Petani yang dipimpin oleh Aktivis Walhi dan Polisi saat itu pecah yang berujung pada tragedi berdarah. Dua orang aktivis Walhi, Anwar Sadat (32) dan Dedek Chaniago (25) menjadi korban. Keduanya mengalami luka dibagian kepala dan badan remuk dihantam benda tumpul. 11 orang lainnya yang berasal dari kalangan Petani ditangkap Polisi karena terlibat secara aktif dalam pengrusakan pagar kantor Kapolda. Hingga laporan ini diturunkan, keduanya masih dalam proses persidangan di muka peradilan akibat perbuatan mereka yang dianggap melakukan pengrusakan.
Tentu, belum lupa ingatan kita ketika Angga (12), bocah asal Desa Limbang Jaya menjadi korban tensi konflik berdarah Cinta Manis yang sempat menjadi isu nasional tersebut. Angga tewas ditempat dikenai selongsong peluru tembakan polisi yang menyasar ke bagian tubuhnya. bak dedaunan diatas ranting, secara bergilir mereka yang terlibat dalam konfrontasi jatuh bergelimpangan. Namun, kematian Angga tidak mencuat secara massif ke permukaan. Padahal, indikasi pelanggaran HAM sangat kuat dilakukan oleh aparat.
Kejadian pada medio 2012 silam, menjadi bukti bahwa hingga kini penyelidikan data fakta terkait dengan indikasi pelanggaran HAM terhadap kasus Cinta Manis masih kurang optimal untuk dilakukan. Dalam doktrin hukum pidana internasional, telah disepakati bahwa pelanggaran HAM yang disebut luar biasa adalah terkandung unsur kekuasaan (Negara) berhadapan dengan warga negara. Namun, inkuiri seolah lari ketika intervensi menyeruak masuk ke dalam jati diri. Kasus ini seperti ditutup. Berikut laporan kronologis yang berhasil dirangkum oleh Rendi Hariwijaya (Reporter Media Sriwijaya) terkait dengan kasus agraria di Sumsel.
Penggeledahan Berujung Penembakan
Pada Kamis (26/7/2012) pasukan brimob menyerang dan melakukan penggeledahan terhadap rumah-rumah peduduk di Desa Sri Bandung dan menangkap tiga orang warga yang di tuduh melakukan pencurian. Tak hanya itu, aparat Brimob juga melakukan sweeping di tiga Desa, yaitu Desa Betung, Desa Sri Tanjung dan Desa Sri Kembang. Sedikitnya, dua orang petani dari Desa Sri Tanjung menjadi korban penangkapan.
Senja sore yang kian menyingsing menjadi saksi hegemoni aparat Brimob yang mengendarai sedikitnya 23 mobil truk mendatangi kembali Desa Limbang Jaya. Menangkap akan adanya iktikad buruk dari aparat, ratusan warga mencoba mendatangi rombongan aparat yang akan memasuki kawasan desa mereka. Melihat reaksi warga yang tidak senang didatangi oleh aparat, pasukan yang bersenjata lengkap langsung mengeluarkan tembakan kea rah warga. Bentrok pun pecah. Warga dan aparat secara membabi buta melakukan penyerangan satu sama lain. Mendengar bentrokan yang begitu memekakan telinga, Angga bin Darmawan (12) menjadi korban penembakan aparat tewas ditempat dengan tembakan dikepalanya. Tak hanya Angga yang menjadi korban penembakan. Sedikitnya lima orang warga kritis karena mengalami luka tembak dua diantaranya perempuan.
Diinfokan bahwa warga yang mengalami luka tembak dan kritis sedikitnya 5 orang, 2 orang perempuan:
Nama
Usia (Tahun)
Kondisi
Angga bin Darmawan
12
Tewas dengan luka tembak dibagian kepala
Rusman
37
Luka tembak dibagian lengan/siku-siku sebelah kiri
Yarman
47
Luka tembak dibagian lengan/siku-siku sebelah kiri
Faridah
35
Luka tembak dibagian bahu sebelah kanan
Jessica
16
Luka ringan/pecahan kaca.
Tensi yang berlangsung pada medio 2012, memasuki fase berikutnya pada paruh pertama tahun 2013. Lanjutan aksi konflik agraria yang berlangsung pada maret, mengakibatkan belasan petani yang ikut dalam rombongan aksi ditangkap polisi. Sadat dan Dedek menjadi tersangka utama atas kasus pengrusakan. Keduanya ditenggarai menjadi provokator atas pengrusakan pagar kantor Kapolda Sumsel pada aksi hari ketiga Walhi Sumsel dan Petani. Walhasil, keduanya bersama belasan petani yang ditangkap oleh aparat kepolisian menderita luka dibagian kepala dan badan remuk.

Sebelumnya, Sadat dan Dedek memang dikenal sebagai aktifis lingkungan. Jejak rekam keduanya terhitung ramai lalu lalang dalam aktifisme. Sadat memulai karirnya semenjak mahasiswa. Ia pernah tercatat sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang. Lain Sadat, lain pula Dedek. Kendati, masih berstatus sebagai mahasiswa, karirnya didunia aktifis terbilang cukup berpengalaman. Ia menjadi pengurus Walhi Sumsel era kepemimpinan Sadat. Tak hanya itu, ia juga menjabat sebagai Presiden MHI (Mahasiswa Hijau Indonesia). Tak ayal, aksi yang melibatkan mahasiswa dalam jumlah besar pernah ia pimpin. 

No comments:

Post a Comment