![]() |
Konflik Agraria |
Meningkatnya konflik
agraria di Sumsel yang berujung pada terjadinya penangkapan aktifis lingkungan
Walhi Sumsel, Anwar Sadat dan Dedek Chaniago sempat menggulirkan pertanyaan.
Tensi yang membuncah antara Petani yang dipimpin oleh Aktivis Walhi dan Polisi
saat itu pecah yang berujung pada tragedi berdarah. Dua orang aktivis Walhi,
Anwar Sadat (32) dan Dedek Chaniago (25) menjadi korban. Keduanya mengalami
luka dibagian kepala dan badan remuk dihantam benda tumpul. 11 orang lainnya
yang berasal dari kalangan Petani ditangkap Polisi karena terlibat secara aktif
dalam pengrusakan pagar kantor Kapolda. Hingga laporan ini diturunkan, keduanya
masih dalam proses persidangan di muka peradilan akibat perbuatan mereka yang
dianggap melakukan pengrusakan.
Tentu, belum lupa
ingatan kita ketika Angga (12), bocah asal Desa Limbang Jaya menjadi korban
tensi konflik berdarah Cinta Manis yang sempat menjadi isu nasional tersebut.
Angga tewas ditempat dikenai selongsong peluru tembakan polisi yang menyasar ke
bagian tubuhnya. bak dedaunan diatas ranting, secara bergilir mereka yang
terlibat dalam konfrontasi jatuh bergelimpangan. Namun, kematian Angga tidak
mencuat secara massif ke permukaan. Padahal, indikasi pelanggaran HAM sangat
kuat dilakukan oleh aparat.
Kejadian pada medio
2012 silam, menjadi bukti bahwa hingga kini penyelidikan data fakta terkait
dengan indikasi pelanggaran HAM terhadap kasus Cinta Manis masih kurang optimal
untuk dilakukan. Dalam doktrin hukum pidana internasional, telah disepakati
bahwa pelanggaran HAM yang disebut luar biasa adalah terkandung unsur kekuasaan
(Negara) berhadapan dengan warga negara. Namun, inkuiri seolah lari ketika
intervensi menyeruak masuk ke dalam jati diri. Kasus ini seperti ditutup. Berikut
laporan kronologis yang berhasil dirangkum oleh Rendi Hariwijaya (Reporter Media Sriwijaya) terkait dengan kasus
agraria di Sumsel.
Penggeledahan
Berujung Penembakan
Pada Kamis (26/7/2012)
pasukan brimob menyerang dan melakukan penggeledahan terhadap rumah-rumah
peduduk di Desa Sri Bandung dan menangkap tiga orang warga yang di tuduh
melakukan pencurian. Tak hanya itu, aparat Brimob juga melakukan sweeping di tiga Desa, yaitu Desa
Betung, Desa Sri Tanjung dan Desa Sri Kembang. Sedikitnya, dua orang petani
dari Desa Sri Tanjung menjadi korban penangkapan.
Senja sore yang kian
menyingsing menjadi saksi hegemoni aparat Brimob yang mengendarai sedikitnya 23
mobil truk mendatangi kembali Desa Limbang Jaya. Menangkap akan adanya iktikad
buruk dari aparat, ratusan warga mencoba mendatangi rombongan aparat yang akan
memasuki kawasan desa mereka. Melihat reaksi warga yang tidak senang didatangi
oleh aparat, pasukan yang bersenjata lengkap langsung mengeluarkan tembakan kea
rah warga. Bentrok pun pecah. Warga dan aparat secara membabi buta melakukan
penyerangan satu sama lain. Mendengar bentrokan yang begitu memekakan telinga,
Angga bin Darmawan (12) menjadi korban penembakan aparat tewas ditempat dengan
tembakan dikepalanya. Tak hanya Angga yang menjadi korban penembakan.
Sedikitnya lima orang warga kritis karena mengalami luka tembak dua diantaranya
perempuan.
Diinfokan bahwa warga
yang mengalami luka tembak dan kritis sedikitnya 5 orang, 2 orang perempuan:
Nama
|
Usia (Tahun)
|
Kondisi
|
Angga bin
Darmawan
|
12
|
Tewas
dengan luka tembak dibagian kepala
|
Rusman
|
37
|
Luka
tembak dibagian lengan/siku-siku sebelah kiri
|
Yarman
|
47
|
Luka
tembak dibagian lengan/siku-siku sebelah kiri
|
Faridah
|
35
|
Luka
tembak dibagian bahu sebelah kanan
|
Jessica
|
16
|
Luka
ringan/pecahan kaca.
|
Tensi yang
berlangsung pada medio 2012, memasuki fase berikutnya pada paruh pertama tahun
2013. Lanjutan aksi konflik agraria yang berlangsung pada maret, mengakibatkan
belasan petani yang ikut dalam rombongan aksi ditangkap polisi. Sadat dan Dedek
menjadi tersangka utama atas kasus pengrusakan. Keduanya ditenggarai menjadi
provokator atas pengrusakan pagar kantor Kapolda Sumsel pada aksi hari ketiga
Walhi Sumsel dan Petani. Walhasil, keduanya bersama belasan petani yang
ditangkap oleh aparat kepolisian menderita luka dibagian kepala dan badan
remuk.
Sebelumnya,
Sadat dan Dedek memang dikenal sebagai aktifis lingkungan. Jejak rekam keduanya
terhitung ramai lalu lalang dalam aktifisme. Sadat memulai karirnya semenjak
mahasiswa. Ia pernah tercatat sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Palembang. Lain Sadat, lain pula Dedek. Kendati, masih berstatus sebagai
mahasiswa, karirnya didunia aktifis terbilang cukup berpengalaman. Ia menjadi
pengurus Walhi Sumsel era kepemimpinan Sadat. Tak hanya itu, ia juga menjabat
sebagai Presiden MHI (Mahasiswa Hijau Indonesia). Tak ayal, aksi yang
melibatkan mahasiswa dalam jumlah besar pernah ia pimpin.
No comments:
Post a Comment